Tuesday, December 28, 2021

2021 Thanksgiving - Dosen POV

 

Sedikit cerita di penghujung tahun 2021. Biasalah... hari-hari yang tersisa di akhir tahun akan memicu semangat kontemplasi dan menumbuhkan harapan-harapan baru untuk tahun yang akan datang. 

Cerita ini mau saya tarik sedikit kebelakang ke tahun 2020. 

Tahun 2020 adalah tahun yang luar biasa karena kita mengalami banyak sekali "yang pertama" karena Covid-19. Saya masih ingat 14 Maret 2020 saya langsung memutuskan untuk bekerja dari rumah. Beberapa hari kemudian tanggal 22 Maret dari Kampus secara resmi menginstruksikan Dosen dan Mahasiswa untuk belajar dan mengajar dari rumah. Waah... sungguh riuh dan menakutkan. Banyak kekhawatiran yang muncul karena ketidakjelasan masa depan yang diperparah dengan derasnya informasi baik yang berbobot maupun yang hanya membawa ketakutan dan menambah kecemasan. 

Untuk tahun 2020, saya bersyukur karena berhasil melewatinya dengan pertolongan Tuhan. Saya dan keluarga saya sempat sakit, namun diberikan kesembuhan dan pemulihan. Di kampus ada tantangan baru untuk mengajar online ditengah pandemi. Ini saya jalani dengan penuh rasa ingin tahu yang besar. Pada dasarnya saya tidak suka rutinitas, dan sistem belajar online menawarkan 'angin baru' untuk membangkitkan semangat eksplorasi. Kebetulan bahwa saya cukup tertarik dengan Technology Enhanced Language Learning. Tahun 2014 ketika aktif mengajar di Poltek Ambon, saya mencoba menggunakan dan memperkenalkan platform-platform online untuk mengajar seperti Edmodo, Blog, bahkan lewat Social media Facebook. Tahun 2016 ketika sudah menjadi Dosen di Unpatti, saya mempresentasikan hasil mengunakan online platform ini dalam TEFLIN Confrence dengan paper yang berjudul "Comparing The Use of 2 Internet Based Platforms to Support Flipped Classroom Strategy at Higher Education Institutes in Ambon, Maluku.". Ini kemudian diikuti dengan survey kesiapan mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Unpatti untuk menerapkan e-learning yang saya presentasikan dalam ICONELT Conference 2017 dengan paper berjudul "Are We There Yet? Assessing the Readiness of English Department, FKIP-Unpatti for E-Learning and technology Enhanced Language Learning/Teaching".

Sejak 2 artikel/paper ilmiah ini, saya kemudian banyak menulis tentang penggunaan teknologi, platform online dll sebagai media belajar baik full online ataupun blended learning. Jika tertarik, daftar artikel dan paper saya yang bisa didownload secara gratis bisa didapatkan di link ini. Demikian juga, saya mengikuti banyak webinar dan mencoba sendiri berbagai platform yang bsia digunakan sebagai tools and media of learning. Saya mencoba membuat YouTube Channel untuk mengupload video-video belajar agar mahasiswa saya bsia belajar dengan pace mereka sendiri. Saya juga mencoba menggunakan FB, IG, Tiktok untuk sharing bites of information yang bsia dikonsumsi dalam 1 menitan. Sungguh menyenangkan bisa punya kesempatan mengekplorasi semua ini. Hal ini tentu saja dimungkinkan karena kita kerja dari rumah. Dan untuk ini saya bersyukur untuk Suami dan Anak yang sangat mendukung kegilaan ibunya untuk belajar hal baru, serta toleransi mereka atas waktu kerja sang ibu yang sudah merged dengan waktu keluarga. 

Memasuki tahun 2021, saya bersyukur karena 8 bulan ditahun 2020 membuat saya mantap dan semakin paham cara menggunakan online platforms, apps dan programs untuk menunjang proses belajar mengajar kelas-kelas yang saya ampuh. 8 bulan tersebut saya lewati dengan trial and error mengenai bagaimana me-manage proses belajar agar efektif dan efisien bagi saya yang adalah dosennnya dan bagi mahasiswa saya. 

Setengah tahun 2021 masih menjadi sebuah hal yang menyenangkan. Namun jujur ketika memasuki setengah tahun yang kedua, rasanya saya sudah sampai ke "titik jenuh". Secara mental, saya jadi sangat procrastinate. Akhirnya saya banting stir untuk mengeksplorasi sisi kreatif. Maka jadilah saya bergabung dengan komunitas Lingkar Penulis Indonesia dan bergabung dengan project-project menulis. Untuk hal ini saya juga punya alasan khusus, yaitu untuk menemani Tania dalam komunitas menulis. Buah dari project-project menulis ini adalah 2 buku antologi cerpen buat saya dan 1 buku antologi cerpen bagi Tania yang terbit di bulan Desember 2021. Tania masih punya 1 buku Antologi cerpen dan 1 antologi puisi yang akan terbit di tahun 2022 nanti. 

Di tahun 2021 ini, bisa dikatakan saya mengalami yang namanya burnout. Burnout itu adalah kondisi kelelahan mental dan emosional yang terjadi karena "stress" yang terus menerus. Dalam hal ini, stress bagi saya bukan karena saya tidak suka, benci, terpaksa dengan pekerjaan, tapi lebih kepada saya yang sudah menumpahkan jiwa dan raga untuk eksplorasi secara intens selama 1 tahun lebih. Saya pikir wajar jika akhirnya saya tiba di titik burnout dan titik jenuh. Untuk itu, tahun 2021 menjadi tahun self-care dan Self-Love

Saya bersyukur bisa diberikan sebuah "kemewahan" untuk membuat keputusan dan pilihan yang membuat diri saya bahagia. Hal ini tentu saja dengan tidak merugikan orang lain atau menelantarkan keluarga. Bisa dibilang tahun 2021 adalah tahun kebangkitan dan kejayaan saya di dunia perdrakoran dan dalam project menulis. 2 hal ini membuat jiwa saya bahagia. Tentu saja buat anda pembaca yang lain, ada hal yang menjadi penyembuh jiwa anda. 

Disclaimer buat pembaca yang sok suci dan sok benar... jangan komentar soal saya seorang ibu yang kok bisa-bisanya mencari jalan selamat untuk membahagiakan diri... Heillow... seorang ibu adalah juga manusia, pada saatnya dia perlu waktu untuk dirinya sendiri. Kata anak saya, "Happy Mom, Happy Life:. Semua yang saya lakukan adalah kesepakatan bersama keluarga saya yaitu suami dan anak. Kami semua punya waktu-waktu untuk diri kami sendiri untuk melakukan apa yang membuat kami bahagia. Ketika kita bahagia dengan diri kita sendiri, kita seperti di recharge dengan semangat dan rasa cinta yang baru yang kemudian kita bagi untuk satu sama lain. -- Anyway... let's just agree to disagree... if any

So 2021 (dan 2020) saya bersyukur bertemu denganmu. Kalian mengajarkan saya banyak hal baru, membuat saya melihat keluar untuk melihat apa yang bisa saya kontribusikan pada masyakat, mahasiswa dan institusi dimana saya bekerja. Namun juga membuat saya melihat ke dalam, untuk memahami dan menghargai diri sendiri. Saya bersyukur Tuhan sangat baik memberikan saya kesempatan bereksplorasi dengan memberikan saya semua perangkat elektronik, fasilitas internet dan keluarga yang sangat mendukung. 

Saya bersyukur bahwa lewat pandemi ini kemampuan digital dan technology use mahasiswa-mahasiswa saya berkembang sangat cepat. Mau tidak mau kita harus beradaptasi dan keep up. Melewati banyak tantangan dan hambatan, mahasiswa-mahasiswa saya menjadi luar biasa. Dari sekarang semua kehidupan akan berlangsung secara blended dengan digital dan technology use akan merambah semua lini kehidupan kita. Saya berharap mahasiswa saya bisa menyadari hal ini dan berusaha untuk mengimbangi perubahan zaman ini. Ada pepatah yang mengatakan "Time and Tide (also the change of an era) wait for no one." Jangan terlena bahwa kamu akan selalu mendapat bantuan "orang dalam". Belajarlah untuk berdiri diatas kaki sendiri dan berhasil karena kualitasmu yang terasah lewat kesulitan dan tantangan hidup. 

Saya bersyukur bahwa sistem Managemen akademik, sistem administrasi dan pelaporan dll dapat diakses secara online dan hampir semuanya telah terintegrasi dengan pusat. Walaupun ini berarti dosen-dosen memiliki tugas tanggung jawab administrasi yang semakin bejibun dan membuat kehilangan waktu tidur, namun ini adalah perkembangan yang baik. Biasanya kekisruhan dan chaotic moment ini hanya terjadi di awal penggunaan. Nanti ketika kita sudah terbiasa, kita akan melihat keuntungannya. 

Saya bersyukur diberikan hikmat dan kebijaksanaan serta diberikan hati yang mau untuk dibentuk dalam posisi saya sebagai dosen. Saya belajar melihat semuanya dari sudut pandang mahasiswa, mempertimbangkan kondisi dan situasi mereka namun juga mem-balance-nya dengan sedikit tuntutan dan tekanan pada hal-hal tertentu agar mereka juga didik untuk tidak ngoyo dan menyerah dalam situasi sulit. Pada dasarnya saya dan mahasiswa ada dalam proses belajar bersama. Kadang kala tough love itu perlu agar mahasiwa saya tidak punya mental menye-menye

Saya bersyukur untuk mahasiswa2 yang sungguh nano-nano rasanya. Ada yang ngeselin dan bikin jengkel berkepanjangan, ada yang default modenya LoLa, ada always seems to be lost, ada yang stylenya agressive dan opressive saat bertanya, Ada yang Rajiiiiiiiiin sekali, ada yang Mualaaaaaaaaaaaaaaaaaaas sekali. Saya saaaaayng sekali sama semuanya. Mereka mengajarkan saya untuk rendah hati, untuk selalu lebih banyak mendengarkan, untuk selalu mencoba mempertimbngkannya dari sudut pandang mereka setiap kali saya merencanakan tugas atau test atau materi. Dari merekalah saya diajar untuk bijaksana untuk tidak melihat titel dosen saya sebagai yang maha tahu dan maha benar, namun sebaik-baiknya seorang dosen itu adalah seorang fasilitator yang mengantar anak muridnya (Yang mau diantar lho...) ke jalan pencerahan akademik dan kehidupan. (banyak juga mahasiswa yang gak mau 'diantar'. maunya leyeh-leyeh aja, gak mau mencoba keluar dari zona nyaman... untuk yang jenis ini rasanya ingin saya ketok pake 10 ringsnya Shang Chi biar sampe ke realm yang lain). Mereka juga memacu saya untuk membaca lebih banyak dan belajar lebih keras. Karena... Mengajar itu berarti saya harus belajar lebih keras, lebih banyak dan lebih luas agar bisa saya tuangkan ke anak-anak didik saya. Jadi guru/dosen/pendidik adalah to show your students where to look but not what to see... karena proses yang menuntun sampai discovery itu adalah learning yang sebenarnya. 

Saya bersyukur bahwa 2 tahun ini membentuk self-identity dan teacher's belief saya yang baru tentang siapa saya sebagai seorang pendidik dan apa prinsip yang saya pegang. Pembahasan soal self-identity dan Teacher's Belief ini nanti saya bahas di postingan tahun depan saja ya. 

Sekali lagi Syukur kepada Tuhan Yesus yang penyertaan kasih dan anugerahnya terlalu nyata dalam 2 tahun ini. 

Kalau kamu? Apa yang kamu syukuri di tahun 2021 ini?

Wednesday, December 22, 2021

Mengapa ada 2 Buku di Penghujung December?

 

Akhir tahun ini beta diberkati dengan terbitnya 2 buku hasil iseng bermanfaat tahun ini. Mengapa beta bilang iseng? Yaaah... karena memang sejujurnya bergabung dengan komunitas menulis adalah jujur sebuah keisengan semata untuk menambah pekerjaan dan kesibukan diatas bejibunnya tugas dan tanggung jawab dosen yang harus beta emban. 

Pertanyaan berikutnya, mengapa mau iseng ditengah banyaknya beban kerja? Well... karena beta perlu pelepasan dan pengalihan. Pelepasan dari penatnya otak untuk berpikir saat harus merancang materi untuk mengajar, merancang dan menjalankan penelitian, menulis artikel ilmiah, dan mengerjakan laporan dan kelengkapan administrasi lainnya. Pengalihan, karena beta adalah procrastinator sejati yang akan selalu punya tendensi untuk rela dialihkan hehehehe.... 

Beta menemukan bahwa menulis kreative (creative writing) adalah pelepasan dan pengalihan yang pas buat beta. Saat menulis cerita beta berada di dunia sendiri yang beta ciptakan, dimana jari-jari yang menari diatas tuts laptop adalah tarian eksotis, melankolis, romatis atau kadang absurd yang menyegarkan jiwa. Biasanya setelah menulis beberapa halaman dan turut hanyut dalam emosi yang tercipta, beta akan merasa tersegarkan. Masa recharge ini membuat beta bisa kembali bekerja mengerjakan tugas dan tanggung jawab dengan baterai emosi dan mental yang penuh. 

Disisi lain, beta tertarik ikut komunitas menulis adalah juga untuk membangkitkan kembali kecintaan beta untuk menulis yang terkubur lama. Dulu jaman sekolah beta suka membaca dan menulis. Ada cerpen dan tulisan yang dimuat di majalan Bobo, Kawanku dll... ada juga yang membuat beta menang lomba. Beberapa teman waktu SMA suka membaca kumpulan cerpen cinta monyet yang beta tulis. Tapi saat konflik di Ambon kemudian kesibukan kuliah sambil bekerja kemudian sekolah S2 kemudian jadi dosen, beta jadi lupa dengan passion yang satu ini. Jadi beta "berterima kasih " buat pandemi covid-19 yang membuat beta punya "banyak waktu" untuk membangkitkan dan mengeksplorasi kembali kecintaan lama ini. 

Alasan lainnya adalah karena Tania suka menulis. Tulisannya sungguh super. Nope! ini bukan bias seorang ibu ya. but a professional educator opinion. Tania itu has a way with words. Kosa katanya yang luas membuat dia mampu melakukan manuver makna lewat kata-kata. Btw, dia menulis dalam bahasa Inggris ya. Kami selalu mendapat puisi baik yang maknanya tuh deep. puisinya ada yang berima ada juga yang tidak. Demikian juga dengan short story atau mini novelnya dia, story line dan cara dia mengambarkan situasi dan sesuatu itu keren sekali. Puisi dan Tulisannya dia katong simpan. Semoga suatu waktu bisa dibukukan. Namun di sisi lain, Tania amat amat sangat kesulitan saat harus tampil didepan orang. Jadi beta berusaha menumbuhkan talentanya yang lain dengan harapan hal itu akan memboost rasa percaya dirinya dia. So, beta berusaha menjadi contoh dengan menulis juga. Kami berdua menulis bersama, belajar tentang aspek-aspek penulisan bersama dll. Sejauh ini dia sangat menikmatinya. Buktinya dia sudah punya 1 buku Antology yang dipublish di tahun 2019 dan 1 buku antologi lagi yang akan terbit segera dalam tahun 2021 ini. Beta percaya bahwa sebagai orang tua, katong perlu jadi contoh lewat kata-kata dan juga tindakan. Katong perlu melakukan akang dengan konsisten dan dengan passion agar bisa menularkan ke anak. 

Nah... karena alasan-alasan diatas beta jadi punya 2 buku antologi yang diterbitkan december Tahun ini. Sekarang sudah bisa di PO ya... silahkan kontak beta kalau mau pesan. Mungkin buku antologi tidak sekeren buku solo ya.. tapi buat beta ini pencapaian yang paling membahagiakan. Proses untuk sampai disini itu sangat menyenangkan. Beta belajar banyak dari teman-teman instruktur dan pendamping yang adalah redaktur majalah terkenal, penulis buku berpengalaman, penerbit dll. Teman-teman yang menulis juga beragam, ada ibu rumah tangga, ada orang kantoran, ada vlogger/Blogger, penulis lepas, dosen/guru, dll. Menyenangkan sekali mengikuti sesi feedback dan diskusi. Ketika karya kita dikritisi, diberikan feedback baik yang bikin happy maupun yang menohok. Hasil karya kita itu adalah sebagian jiwa kita, kita akan cenderung untuk membela dan mempertahankannya dengan segala cara. Sungguh menyenangkan bisa membuka hati dan pikiran untuk menerima masukan-masukan ini dan dengan tulus membuat perubahan kemudian melihat hasilnya yang ternyata jadi bagus. Beta merasa banyak hal berharga yang beta dapat dari proses ini. 

Buku yang pertama berjudul Riuh Redam: Kisah Anak Rantau. Buku ini adalah kumpulan cerpen bertemakan rantau. Beta menulis tentang kisah seorang anak Ambon di perantauan yang harus menghadapi stereotype orang Ambon di kota besar dan melewati fase tidak percaya diri dengan fisik yang tidak sesuai dengan standar kecantikan disana. Judulnya Sagu SalempengCerpen pendek 5 halaman yang ringan dan berasal dari cerita-cerita pengalaman merantau banyak teman, adik dan bahkan pengalaman sendiri. Bagi orang Ambon, sagu itu bukan hanya makanan, tapi juga falsafah kehidupan. Sagu Salempeng artinya sepotong sagu. Namun Sagu Salempeng adalah bagian dari falsafah hidup orang Maluku yaitu sagu salempeng pata dua. Secara literal berarti sepotong sagu dipotong/dipatahkan agar menjadi 2 bagian dan bisa dibagi bersama. Intinya adalah kebersamaan, saling mengasihi, saling berbagi dan rela berkorban. Bukan hanya di perantauan tapi dalam kehidupan setiap hari. Apa yang aku miliki (sagu) biarpun itu sedikit akan rela aku bagi denganmu (pata dua) agar kamu kita berdua bisa terus hidup, saling peduli dan saling menjaga. 
Disini juga ada cerita lain dari 9 penulis lainnya yang menulis tentang tantangan dan kisah lainnya dari merantau. 

Buku Kedua berjudul 68 Bunda Hebat Bicara Parenting. Buku ini memuat essay pendeknya beta dari partisipasi dalam seminar Parenting dengan Forum Sastra Anak. Tania memang beta ikutkan dalam Forum Sastra Anak dan kemudian beta juga terlibat dalam kelas parentingnya. Kegiatan ini sangat menarik karena Bunda dan Ananda (demikian disebutnya) beraktifitas bersama untuk menulis atau aktifitas lain yang digemari anak. Kemudian beta menulis sebuah essay pendek yang diseleksi dan diterbitkan menjadi sebuah buku antologi. Tulisannya beta berjudul Anakku Pencandu Buku dan essay pendek ini adalah tentang cara kami (beta dan suami) mendampingi dan mengarahkan Tania untuk mendari seorang pembaca dan seorang pecinta buku. Ini juga adalah sari dari hal-hal yang beta share ke teman-teman yang bertanya, bagaimana caranya Tania bisa suka membaca sampai sudah seperti kecanduan buku. Well... ada 4 langkap yang beta share disini. Selain itu, ada 67 cerita lain dari ibu-ibu seluruh Indonesia yang bicara tentang banyak hal yang berkaitan dengan parenting. Kalau menurut beta, buku ini sangat kaya.

Jadi demikianlah cerita iseng bermanfaat beta di tahun 2021 ini. Tahun depan akan ada 1 lagi yang akan terbit karena dalam tahun 2021 ada 3 event yang beta ikuti. Semoga cerita ini menginspirasi yang membaca tulisan ini ya. 

Anyway, jika tertarik, 2 buku ini saat ini bisa dipesan lewat beta. Silahkan kontak di no WA 082191384287. Namun karena masih PO, maka bukunya akan tiba January nanti ya. 

Saturday, December 4, 2021

December is Here!

Isn't it amazing how time seems to zoom past us on lightning speed when we are busy with life and all its demands. Ambonese people used to say, "Waktu paleng capat. Tutu mata buka mata lai su Desember" which means time is nothing but a blink of an eye. blink and you passed the moment. 

Anyway, as it is customary, we enter the last month of this year with gratitude and reflection. First gratitude for me an my family is for our health and well being during this pandemic time. This is the second Christmas we celebrate in Pandemic situation. Now as christmas and new year are approaching, we are getting the new covid-19 variant, the Omicron. Not exactly the christmas gift we expected. However, despite all that... I would like to give thanks to God for taking care of us and walking with us through these 2 unprecedented years of pandemic. Nothing is coincidence in God's work. All have purpose and all have meanings. Omicron may be here but Omicron is not greater than God. He is using the Omicron to teach us the great lesson in life because apparently we haven't learned enough. Still too many ignoramus self-centered and egoistic people going around refusing to follow the protocol. These prolonged the pandemic. And yet... they still cry conspiracy and government oppression. 

For the second time again, this yearwe are having this Christmas and new year in pandemic time. I am sure God would want us to draw close to Him. Not to be engulved in worldly parties and all the hooraah... and yet to see what's important... family and friend. To be simple in celebration... no big parties or celebration. All in all... let us be glad and in thankfulness enter christmas and passed on to the new year, happy and healthy. 

This year has also been a remarkable years for me to develop personally and professionally. I admit... I LOVE working from home. I know this is a priviledge. I acknowledge that not many people can say that or have the means to be able to work from home. It can be that there are no work space or there are other lives that required attention when they work from home. So I am saying it with great responsibikity and understanding that I am indeed lucky and blessed to have this opportunity. 

Anyway, this year I learned many new skills from the comfort of my home. One of them is writing both creative writing and academic writing. I joined creative writing circles and participated in antology book writing. I urged Tania to join me too. So this december and January next year, I will have 3 antology books for my creative writing. Meanwhile, I have 1 book already published in Google Play where one of the chapter is my article that I presented at CELT International Conference in August this year. My paper is one of the 18 selected paper to be published. The book was published by Unika Soegijapranata in Google Play therefore, you need to pay to access the book. The complete Google Play Publication can be accessed here. I will share about the my antology books once they are published. 


So, I wish you all a happy merry and blessed Christmas to those who celebrate it and a wonderful transition to the next year. May God bless us all.